KEPENTINGAN KUDA DI MEDAN PERANG
Biasanya di waktu Subuh, embun masih membasahi bumi. Barulah embun
itu akan hilang setelah matahari naik. Tetapi oleh karena hebat
penyerangan angkatan perang berkuda itu, karena kencang lari
kuda-kudanya, yang menerbitkan cetusan api karena pergeseran ladamnya
dengan batu, debu-duli naiklah ke udara. Sehingga berkabutlah tempat
itu, tidak ada yang kelihatan lagi, menyebabkan orang yang diserang
kebingungan. “Yang menyerbu ke tengah kumpulan (musuh).” (ayat 5). Yaitu
kumpulan musuh.
Dengan lima ayat itu, dengan bahasa yang indah, bahasa Tuhan sendiri,
digambarkanlah betapa hebatnya penyerangan dan penyerbuan dengan kuda.
Dan dengan sendirinya ayat ini memberikan penghargaan yang amat tinggi
kepada kuda di medan perang yang dinamai khail! Malahan di
dalam Surat Al-Anfal, Surat 8 ayat 60 ada suruhan yang terang dan tegas
kepada mujahidin Islam mencukupkan persediaan alat perang, di antaranya
ialah kuda (khail) tidaklah ketinggalan. Dan di dalam perang yang telah
modern sekarang ini pun, dengan tank-tank berlapis baja, namun angkatan
perang berkuda masih tetap dipandang penting.
Di dalam ayat keempat kita artikan bahwa penyerbuan tentara berkuda
itu menerbitkan debu-duli yang naik ke udara menimbulkan kelam kabut.
Setengah ahli tafsir mengartikan Naq’an yang kita artikan debu
itu dengan sorak-sorai. Ini pun suatu tafsir yang juga dapat diterima.
Karena kadang-kadang suara sorak sorai sebagai lambang dalam perang
sangat besar kesannya untuk mematahkan semangat musuh. Tentara Jepang
waktu menduduki Indonesia, terkenal dengan soraknya yang dihajan dari
pusat dan menimbulkan takut yang mendengar.
Dalam kitab “Tuhfatun-Nafis” karangan Raja Ali Haj Riau,
beliau menerangkan bahwa tentara Bugis apabila menyerbu musuh mereka itu
mengkaruk, yaitu bertampik-sorak yang dahsyat. Mujahidin di Aceh ketika
berperang dengan Belanda di akhir Abad ke 19 sampai permulaan Abad
Kedua Puluh (1902) menyorakkan “La Ilaha Illallah” atau “Allahu Akbar”
di tengah hutan balantara tengah bergerilya.
Tentara Belanda mengakui terus-terang bahwa mereka takut mendengarkan
tahlil dan takbir yang dijadikan semboyan perang itu. Tentara Turki
dalam Perang Korea di bawah komando MacArthur pun tidak pernah
meninggalkan semboyan Allahu Akbar dalam perang.
Dengan kelima ayat itu Allah membuat sumpah, agar kuda jangan
diabaikan oleh kaum Muslimin dalam perang. Dan Rasulullah SAW sendiri
setelah mulai hijrah ke Madinah, salah satu perintah harian beliau ialah
menyuruh sahabat-sahabatnya memelihara kuda untuk perang. Pembahagian ghanimah (harta rampasan), kalau bagi seorang yang berjalan kaki dapat satu, maka bagi yang berkuda dapat empat bahagian.
Lantaran itu menjadi kesukaan turun-temurunlah bagi bangsa Arab
memlihara kuda dan terkenallah ketangkasan bentuk kuda Arab di seluruh
dunia sampai kepada zaman sekarang ini.
source : http://tafsir.cahcepu.com/alaadiyaat/al-aadiyaat-1-5/
source : http://tafsir.cahcepu.com/alaadiyaat/al-aadiyaat-1-5/
wow amazing
ReplyDeleteoleh karena itu dalam Islam, disunnahkan untuk berlatih berkuda
ReplyDeleteMelalui lima ayat itu, kita diajarkan dengan bahasa yang indah, bahasa Tuhan sendiri, digambarkanlah betapa hebatnya penyerangan dan penyerbuan dengan kuda.
ReplyDeleteSubhanallah..
mobil pun dengan patokan "tenaga kuda", itulah betapa visionernya Al-Quran wahyu Allah ini.
Deletesungguh bermanfaat segala sesuatu yang di ciptakan Allah, Subhanallah nice info gan
ReplyDelete